Senyumku untuk Dunia...

Ketika pertama kali blog ini dibuat, aku bingung juga tema apa yang pengen di usung. Pikir punya pikir, kenapa nggak cerita tentang dunia aja ya?

Koq tentang dunia? Nah, mungkin ini jadi menarik karena kebetulan aku rada2 suka melihat - lihat dunia orang lain, jalan2, suka ama budaya & kesenian baik itu dari Indonesia maupun mancanegara. Dari pengalaman "ngungsi" dari satu tempat ke tempat lainnya itulah yang menjadi dasar pertimbangan kenapa aku memilih "dunia" sebagai tema blog ini.

Banyak cerita menarik yang bisa dibagi. Ada yang aneh, unik, lucu, mendebarkan bahkan menyedihkan. Kita bisa menimba ilmu dari berbagai kejadian yang dialami. So... semoga blog ini bisa lebih memberi warna & makna. Teriring salam hangat dan senyumku untuk dunia...

Sabtu, 05 Juli 2008

Pilih Opera House apa Candi Borobudur?

Tau kan Opera House? Itu tuh, satu gedung berbentuk aneh yang ada di kota Sydney. Pertanyaannya adalah, koq bisa sih ada gedung dengan desain aneh kaya gitu? Trus maksudnya apaan?

Selidik punya selidik, ternyata desain seperti itu merefleksikan kapal layar yang pernah nyampe di Sydney. Ceritanya, ada satu team dari Kerajaan Inggris yang iseng jalan – jalan di lautan luas, tau – tau nyampoknya di satu benua asing yang sekarang dikenal sebagai Australia. Nah, sebagai penghormatan kepada orang – orang nyasar pimpinan Captain James Cook (ada juga yang bilang James Hook) itulah akhirnya dibuatkan satu gedung dengan desain kapal layar tersebut.

Opera House yang dekat dengan Darling Harbour dan Harbour Bridge tersebut dijadikan sebagai obyek wisata, pusat kesenian dan kebudayaan bukan hanya bagi warga Australia tetapi juga untuk dunia. Yang paling asyik, saat sore hari kita bisa jalan – jalan di sekitar Opera House, menikmati pemandangan, nyantai sambil minum – minum di kedai – kedai yang ada di sepanjang pedestrian yang bersih & luas. Kapan ya kita punya gedung atau bangunan yang membanggakan seperti itu?

Ceritanya, sore itu aku dan seorang teman dari Bandung yang sedang liburan di Sydney tengah jalan – jalan di sekitar Opera House setelah seharian berkeliling kota mulai dari Paddington, Kings Cross, The Rocks, Darling Harbour, Circulay Quay, Queen Victoria Building sampai memandangi kota Sydney dari Centre Point Tower. Sebagai tuan rumah yang baik (cie...), selain menemani tentunya aku memberikan sedikit guidance tentang tempat – tempat yang dikunjungi. Aku jadi teringat dan kangen banget dengan kota Yogyakarta dimana aku sempat kuliah dan seringkali mengantarkan turis – turis mancanegara berkeliling mulai dari Malioboro, Taman Sari, Kraton, Kasongan, Kota Gede, Parangtritis, Prambanan sampai Borobudur. Ah, Indonesiaku, engkau jauh lebih cantik dari semua tempat yang pernah kukunjungi di dunia ini...

“Boss, naha maneh meni bengong kitu?”, kata si teman membuyarkan lamunanku.
“Alaah, maneh, ngaganggu urang wae...”, saya menyahut sambil tersipu malu.
“Ingat kampung halaman, ya? Hehehe...”
“Eits, tajong ku aing.. gue lagi mikir gimana caranya biar elu cepet pulang, soalnya elu ngerepotin gue banget di sini. Udah dateng nggak bilang – bilang, nebeng di tempat tinggal gue, minta dianterin jalan kemana – mana, makan diongkosin...”
“Hahaha... gue tau elu bakalan ngomong gitu, makanya buat ngeganti semuanya, gue sengaja bawain ini dari Indonesia, asli dari Muntilan”, si teman dari Bandung itu (namanya Bo’az) mengeluarkan sesuatu dari tas ranselnya. Ternyata, satu souvenir dari batu gunung berbentuk replika stupa Borobudur yang sangat indah.
“Gile lu, Az.. keren banget hadiahnya. Elu emang tau gue lagi kangen banget ma Indonesia”, senang sekali aku menerimanya.
“Alaaah, tong sentimentil kitu atuh...”, kata Bo’az sambil berlalu dengan cuek bebek.

Aku tersadar, ternyata aku sangat mencintai Indonesia dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Australia, kalian memang punya Opera House yang membanggakan, tapi kami juga punya Borobudur yang jauh lebih membanggakan.
“Hey, Bo’az Kayaban, rek kamana maneh... ieu mah kurang atuh buat ngebayar living cost plus service charge maneh di dieu!”, aku berteriak sambil mengejar Bo’az yang sudah kian jauh berlalu.