Senyumku untuk Dunia...

Ketika pertama kali blog ini dibuat, aku bingung juga tema apa yang pengen di usung. Pikir punya pikir, kenapa nggak cerita tentang dunia aja ya?

Koq tentang dunia? Nah, mungkin ini jadi menarik karena kebetulan aku rada2 suka melihat - lihat dunia orang lain, jalan2, suka ama budaya & kesenian baik itu dari Indonesia maupun mancanegara. Dari pengalaman "ngungsi" dari satu tempat ke tempat lainnya itulah yang menjadi dasar pertimbangan kenapa aku memilih "dunia" sebagai tema blog ini.

Banyak cerita menarik yang bisa dibagi. Ada yang aneh, unik, lucu, mendebarkan bahkan menyedihkan. Kita bisa menimba ilmu dari berbagai kejadian yang dialami. So... semoga blog ini bisa lebih memberi warna & makna. Teriring salam hangat dan senyumku untuk dunia...

Rabu, 11 Juni 2008

The Rocks... Walking, Looking, Eating, and just Smiling...

Ketika denger lagu Munajat Cinta, kita semua pasti udah tau siapa yang nyanyiin tembang itu. Yess, lagu itu dibawakan dengan apik oleh The Rock (alias Ahmad Dhani). Kenapa ya dinamain The Rock? Jawaban paling gampang adalah karena group band itu mungkin emang mengusung aliran musik rock dalam format berekspresinya.

Tapi pernahkah kalian tau bahwa sebenarnya ada satu kawasan tua di Sydney, Australia yang udah ratusan taon diberi judul “The Rocks”. Menurut cerita opa – oma di sana, kawasan itu dulunya adalah penjara bagi para “jawara” dari Inggris Raya yang diasingkan & dibuang ke tanah Aborigin itu. Banyak bangunan tua berumur ratusan taon yang masih terawat baik, tentu aja sekarang kawasan itu bukan lagi digunakan sebagai penjara, tapi udah jadi satu sentra wisata yang sangat mengundang selera. Sekarang ini di kawasan itu udah berjejer hotel – hotel keren, pub & cafe, butik, restoran dan tempat berleha – leha lainnya. Pendek kata, kawasan The Rocks saat ini bukan lagi menyeramkan, tapi udah jadi kawasan yang menyenangkan bahkan menggiurkan.
So, kalau kalian sempat “kesasar” ke Sydney, belon afdol rasanya bila nggak mampir di kawasan The Rocks ini, asal jangan ikut – ikutan jadi “jawara” juga ya kalo udah ada di sana, hehehe...

Malam itu kebetulan aku & temen – temen kampus lagi jalan – jalan di kawasan The Rocks. Kata orang – orang di Sydney, motto di daerah ini adalah “Walking, Looking & Eating”. Nah, hal itu pulalah yang kami kerjakan di sana. Setelah puas hilir mudik sambil cuci mata, kami putuskan untuk mampir di salah satu pub yang berserakan di The Rocks. Beda dengan kawasan lain di dunia, hampir semua pub & cafe atau resto di sini punya sejarah karena memang menurut ceritanya kawasan ini sudah ada sejak tahun 1722. Duh, kebayang kan kalo kita tiap malam menghabiskan waktu luang di daerah ini mulai tahun 1722 ( walaupun dulunya ini daerah penjara...).

Ada satu pub yang katanya udah berumur ratusan tahun, namanya Wooloomooloo. Pub ini terkenal dengan kopinya yang aduhai dan bir ramuan sendiri yang sangat maknyus rasanya. Tak berapa lama setelah kami pesan, hidangan pun keluar dengan penampilan yang begitu menggugah selera yang memang sudah tak terbendung lagi.

Konsentrasiku pada makanan sedikit buyar ketika ada serombongan pengunjung yang masuk ke pub, tertawa – tawa dan sedikit berteriak nggak karuan yang akhirnnya menyita perhatian teman – temanku dan pengunjung yang lainnya. Selidik punya selidik, mereka adalah anak – anak Indonesia yang juga kuliah di Sydney. Kelihatannya mereka sudah setengah mabuk dan ingin makan pula di Wooloomooloo.

Melihat hal itu, seorang teman asal Singapore pun berkata sambil melirik ke arah mereka, “Is that u’re friends, Ovie? I heard they speak in Indonesia”.
“Yeah, I know that. But I don’t know who they’re exactly”
“That’s very colorful people I think’, kata teman lainnya yang dari New Zealand.

Mendengar hal itu, dengan sedikit rasa haru dan malu sebagai orang Indonesia aku hanya bisa tersenyum (baca : tersipu malu) menanggapi celotehan iseng teman – teman mancanegaraku.
The Rocks, it’s the place that you can Walking, Looking, Eating… and just Smiling…